Jangan mengumpat...!! Ringan.. Tapi besar dosanya..

Kamis, 27 Mei 2010

|
Dosa mengumpat adalah lebih besar dari dosa berzina karena dosa berzina akan diampunkan oleh Allah seandainya seseorang itu telah taubat nasuha dari kesalahannya.
namun dosa mengumpat hanya diampunkan oleh org yg telah diumpat.
“ Dan katakanlah (wahai Muhammad) kepada hamba-hambaKu (yang beriman), supaya mereka berkata dengan kata-kata yang amat baik (kepada orang-orang yang menentang kebenaran); sesungguhnya Syaitan itu sentiasa menghasut di antara mereka (yang mukmin dan yang menentang); sesungguhnya Syaitan itu adalah musuh yang amat nyata bagi manusia. ” (Al-Israa’:53)
“Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa, dan janganlah kamu mencari kesalahan orang lain, dan janganlah sebagian kamu menggunjing sebagian yang lain.” (Al Hujaraat : 12)
Suatu malam, usai salat Isya di masjid Nabawi, Nabi SAW memperkenalkan kepada para sahabat, seorang lelaki calon penghuni surga. Tiga malam berturut-turut, Rasulullah SAW mengatakan hal yang sama. Maka timbullah keinginan yang menggebu dari Abdullah bin Umar untuk menyelidiki amalan yang dilakukan lelaki itu. Ia pun minta izin untuk numpang tidur di rumahnya selama tiga malam, dan oleh lelaki itu disetujui. Ternyata tidak ada apa-apa yang dilakukannya. Sejak tidur di awal malam, baru bangun setelah mendengar azan subuh.
Karena penasaran, Abdullah bin Umar bertanya, ” Amalan apa yang anda lakukan sehingga Anda dijamin oleh Rasulullah sebagai calon penghuni surga ? ” Lelaki itu menjawab, ” Saya tidak pernah mencerca siapapun dan saya pun tidak memiliki rasa hasad atau dengki.” Jadi jelas, untuk menjaring rahmat Allah, ternyata bukanlah melewati berbagai ibadah yang berat dan sukar, tetapi melalui dua sikap mulia itu pun sudah lebih dari cukup. Mengumpat, menurut kamus bahasa Indonesia ialah membicarakan kekurangan orang lain. Abu Hurairah RA meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW pernah bertanya kepada para sahabatnya, ” Tahukah kamu apa mengumpat, ghibah itu ? ” Para sahabat menjawab, ” Hanya Allah dan Rasul-Nya yang tahu. ” Nabi mulia itu bersabda, ” Kamu menutur sesuatu yang membuat saudaramu tidak senang.” Sahabat bertanya, ” Bagaimana kalau yang aku katakan itu benar-benar terdapat pada saudaraku ? ” Rasulullah SAW menjawab, ” Maknanya kamu telah mengumpatnya. Sedangkan kalau tidak ada pada saudaramu, berarti kamu telah membuat kebohongan atasnya.” Mengumpat, merumpi, menggunjing, memang pekerjaan ringan dan terasa ” mengasyikkan.” Tapi dosanya teramat besar. Di dunia, orang yang doyan mengumpat jiwanya selalu gelisah, hidupnya tidak berkah. Cepat atau lambat ulahnya akan diketahui orang lain, yang membuat sahabatnya kian menjauhinya. Di akhirat lebih parah lagi. Dalam hadis diceritrakan, kelak di akhirat, ada seorang hamba yang diberikan catatan kitab amalnya. Ternyata tidak ada sedikitpun amal baiknya. Lantas ia memprotes, ” Mana amal salatku, puasa dan taatku ? ” Lalu dijawab, “Amalmu hilang karena perbuatanmu menggunjing orang. ” Ketika Nabi SAW di-israk dan di-mikrajkan, di antara kesan-kesan perjalanannya, beliau melewati sekelompok kaum yang memiliki kuku panjang dari tembaga. Mereka mencabik-cabik muka dan dada sendiri. Siapa mereka itu ? mereka orang-orang yang memakan daging manusia (mengumpat) dan membuka rahasia mereka.
Dalam hadis lain dikatakan, orang yang gemar mengumpat, kelak di akhirat berada dalam amukan api neraka, ambil mereka memakan daging badannya sendiri. Orang yang suka menggunjing, senantiasa berada dalam laknat Allah. Imam Al Gazali dalam Ihya Ulumuddin menerangkan, bahwa Allah SWT menurunkan wahyu kepada Nabi Musa AS. Isinya, ” Barangsiapa meninggal dalam keadaan taubat dari mengumpat-ghibah, dia adalah yang paling akhir masuk surga. Dan barangsiapa meninggal belum bertaubat dari ghibah, dia adalah orang yang pertama kali masuk neraka.” Bagaimana sikap kita bila dicerca, diumpat oleh orang ? Alangkah bagusnya mengucapkan alhamdulillah, sabar dan jangan diladeni. Patut kita contoh sikap ulama besar Al Hasan Al Basri. ” Fulan telah menggunjing Anda,” kata seseorang. Lalu Hasan Al Basri segera memanggil pembantunya, dan menyuruhnya mengantarkan sebaki makanan, diserta sedikit surat, ” Telah sampai kepadaku bahwa Anda telah memberi hadiah kebajikan kepadaku, maka aku ganti hadiah itu buat anda.” Apa maksud Sang Ulama ? Dalam suatu hadis dikisahkan, kelak di akhirat, ada seseorang yang diberikan kitab amalnya dari arah kanannya. Subhanallah. Orang itu berdecak kagum, syukur, karena melihat ganjaran kebajikan yang luar biasa. Sama sekali tidak pernah diduganya. Kepada si hamba ini dikatakan, “Kebajikan ini datang dari gunjingan-gunjingan orang kepadamu, dan anda tidak pernah merasakannya.” Adapun cara menggunjing ada bermacam-macam. Yang lebih umum dengan ucapan. Selain itu bisa juga dengan isyarat, dengan tulisan, dengan mengerdipkan mata. Atau meniru cara berjalan, cara duduk, makan minum, kesemuanya dengan maksud agar orang-orang dalam majelis pertemuan menjadi tertawa. Ada juga dengan berbisik di dalam suatu majelis. Para ulama sepakat, bahwa mengumpat, menggunjing, termasuk dosa besar. Karenanya barangsiapa yang mengumpat wajib bertaubat kepada Allah dan meminta maaf kepada orang yang diumpat.
Dalam buku 400 Nasihat Islamy, Ahmad Izzuddin Al Bayanuni memberi nasihat antara lain :
• pertama, Awas, hati-hatilah jangan membuat namimah, memfitnah, yakni memindah-mindah omongan jelek di antara orang-orang.
• Kedua, Awas jangan ghibah, menggunjing, yakni menyebut-nyebut kejelekan Saudara Anda yang tidak kau senangi.
• Ketiga, Jangan menyinggung hati seseorang, dan jangan menelanjangi aibnya (menjelekkan, menuduh dan sebagainya).
Kalau kita ingin menceritakan kesalahan orang lain, untuk memberi peringatan, Rasulullah SAW hanya memberikan singgungan secara umum.
Wallahualam.

0 komentar:

Posting Komentar

Mengenai Saya

Foto saya
hmm.. apa y?? q g bsa menilai diriku sndiri

Followers

Cari Blog Ini

Diberdayakan oleh Blogger.